Ciri-ciri pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter adalah salah satu gaya pengasuhan yang ditandai oleh kontrol dan disiplin yang tinggi dari orang tua dengan sedikit kebebasan atau keleluasaan bagi anak-anak. Orang tua otoriter menetapkan aturan yang ketat dan mengharapkan ketaatan mutlak tanpa mempertanyakan atau menegosiasikan aturan tersebut. Berikut adalah ciri-ciri utama pola asuh otoriter:

1. Aturan yang Ketat dan Tidak Fleksibel

Orang tua otoriter menetapkan aturan yang sangat ketat dan tidak fleksibel. Anak-anak diharapkan untuk mengikuti aturan ini tanpa mempertanyakan. Tidak ada ruang untuk diskusi atau negosiasi mengenai aturan tersebut, sehingga anak-anak sering merasa terkekang dan tidak memiliki kebebasan untuk mengekspresikan diri atau membuat keputusan sendiri.

2. Disiplin yang Keras

Disiplin dalam pola asuh otoriter cenderung keras dan kaku. Orang tua menggunakan hukuman fisik atau verbal sebagai alat utama untuk menegakkan ketaatan. Hukuman ini sering kali tidak seimbang dengan pelanggaran yang dilakukan anak, dan fokus lebih pada penegakan aturan daripada memahami atau mendidik anak tentang konsekuensi dari tindakan mereka.

3. Komunikasi Satu Arah

Komunikasi antara orang tua dan anak dalam pola asuh otoriter bersifat satu arah. Orang tua memberikan perintah dan instruksi yang harus diikuti oleh anak tanpa ada ruang untuk diskusi atau penjelasan. Anak-anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau perasaan mereka, sehingga mereka mungkin merasa tidak dihargai atau tidak didengar.

4. Tuntutan Tinggi, Dukungan Emosional Rendah

Orang tua otoriter memiliki harapan dan tuntutan yang sangat tinggi terhadap anak-anak mereka. Mereka mengharapkan anak untuk mencapai standar tinggi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti prestasi akademis dan perilaku sosial. Namun, mereka sering kali memberikan sedikit dukungan emosional atau pengakuan terhadap kebutuhan emosional anak. Anak-anak mungkin merasa tertekan untuk memenuhi harapan orang tua tanpa mendapatkan dukungan atau penghargaan yang cukup.

5. Kontrol dan Pengawasan yang Ketat

Orang tua otoriter cenderung mengawasi dan mengontrol hampir semua aspek kehidupan anak. Mereka menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak, termasuk aktivitas sehari-hari, teman-teman yang dipilih, dan bahkan hobi atau minat anak. Pengawasan yang ketat ini membuat anak merasa tidak memiliki kendali atas hidup mereka sendiri.